Jumat, 03 Desember 2010

BENCANA ALAM

10 BENCANA ALAM YANG SEPERTI KIAMAT

bencana alam merupakan sesuatu yang tidak seorangpun ingin mengalaminya. Bencana ini sangat mematikan, untuk orang-orang yang terkena dampak baik secara langsung, dan bahkan secara tidak langsung. Satu yang masih saya ingat adalah Tsunami Samudra Hindia 2004.
Berikut adalah 10 super bencana yang paling banyak merenggut korban jiwa
Bendungan Banqiao yang gagal, 1975
ndungan Banqiao yang dibangun untuk menahan sekitar 12 inci curah hujan setiap hari. Pada bulan Agustus 1975, Bendungan selesai dibangun namun badai datang terlalu cepat, akibat dari tumbukan antara cuaca dingin dan
Super tofan Nina, yang membawa hujan lebat. Hujan sangat lebat yang turun 7,46 inci setiap jam. Ini ditambah hingga sekitar 41,7 inci hujan setiap hari. Bendungan yang gagal karena sedimentasi dan kurangnya perhitungan 15,738 miliar ton air dalam beberapa hari, berikutnya. Gelombang hingga 23 kaki dengan kecepatan 31 MPh menghantam bendungan tersebut dan meluluh semuanya. Setelah air surut, lebih dari 231.000 orang meninggal.
09. Gempa Haiyuan 1920

Berdiri sebagai gempa mematikan tingkat 4 sepanjang waktu, gempa Haiyuan menghantam 7 provinsi China Pada tanggal 16 Desember 1920,dengan kekuatan 8,5 skala richter.Gempa bumi dan tanah longsor juga menyebabkan keretakan tanah yang besar, terutama dekat dengan pusat gempa bumi dari ketujuh provinsi tersebut dilaporkan Lebih dari 200.000 orang meninggal.
08. Gempa Tangshan, 1976

Gempa Tangshan yang terjadi pada 28 Juli 1976. Dikatakan sebagai yang terbesar di abad ke-20. Dengan pusat gempa bumi yang berada di Tangshan, yang terletak di Hebei, Cina. Kota industri dan telah memiliki sekitar satu juta orang yang hidup di dalamnya.
Terkena bencana di awal pagi dan selama 10 detik atau lebih. Gempa berkekuatan 7,8-8,2 Skala Richter dikatakan terlebih dahulu telah membunuh 655.000 orang, tetapi jumlah tersebut menurun menjadi sekitar 255.000 orang.
07. Antakya (Antioch) Earthquake, 565 M

Gempa Antakya yang terjadi pada 565 AD Tidak banyak yang diketahui dari bencana ini. Dikatakan terjadi pada 20 Mei. menyebabkan kerusakan berkisar antara 1-24 juta dolar. dan Gempa bumi menyebabkan sekitar 250.000 kematian.
06. Tsunami 2004

Pada tanggal 26 Desember 2004, satu hari setelah Natal, dan terkena gempa bumi di bawah laut, dengan pusat gempa bumi di bagian pantai Sumatera, Indonesia. Gempa bumi yang terjadi karena subduksi yang banyak disebabkan oleh tsunami di Samudra Hindia. gempa menghantam melalui berbagai tempat, yang paling dirasakan di India, Sri Lanka, Indonesia dan Thailand. Ini adalah gempa bumi terbesar kedua yang dapatdirekam, yang besarnya mencapai dari 9,1-9,3 Skala Richter. Itu berlangsung antara 8-10 menit, dan sangat parah bahwa seluruh planet bergetar oleh gempa bumi yang disebabkannya, seperti yang ada di Alaska. Gempa bumi dan tsunami menyebabkan lebih dari 225.000 kematian.
05. Topan India, 1839
tahun 1839, topan yang sangat besar menghantam Coringa, India. Hal ini terjadi pada 25 November ketika badai setinggi 40 kaki (12 M) menghancurkan kota.Sayangnya, kota ini tidak pernah benar-benar dibangun, 20.000 kapal yang berlabuh di kota telah hancur. Lebih dari 300.000 orang meninggal setelah badai bergelombang turun.
04. Badai Bhola, 1970


Badai Bhola menghantam Pakistan Timur, yang sekarang dikenal sebagai Bangladesh pada 12 November 1970.Terkenal sebagai topan paling mematikan yang pernah direkam. Angin dengan kekuatan 115mph dan mencapai kekuatan badai Kategori 3 . Namun, Dikatakan bahwa sampai 500.000 orang meninggal karena badai di laut yang membawa hujan deras dan menyebabkan banjir di banyak daerah.
03. Gempa Shaanxi, 1556

Gempa Shaanxi yang berdiri sebagai gempa paling mematikan. Pada tanggal 14 Februari 1556, gempa bumi menghantam Cina. Pusat gempa bumi yang berada di Lembah Sungai Wei, dan sebanyak 97 desa di tempat-tempat seperti Henan, Shaanxi, Hebei, Anhui, dan lain-lain yang
terpengaruh. Dalam Huaxian, setiap bangunan yang rusak dan telah berdiri lebih dari setengah orang-orang yang tinggal di sana tewas. Beberapa statistik menunjukkan bahwa beberapa desa hingga 60% dari populasi mereka tewas. Secara keseluruhan, lebih
dari 830.000 orang meninggal dari gempa Shaanxi. akibat yang dirasakan selama hampir setengah tahun kemudian.
02. Luapan Sungai Kuning, 1887

Sungai Kuning, yang terletak di Cina, sangat rawan banjir. Pada tahun 1887, banjir Sungai Kuning dan benar-benar hancur sekitar 50.000 mil persegi daratan. Banjir dikatakan telah membunuh antara 900.000-2,000,000 orang. Petani yang tinggal di dekat sungai telah membangun parit – parit kecil, pada satu titik, dapat menahan air jika hujani. Namun, hujan lebat yang datang terlalu cepat dan melebihi daya tampung parit-parit kecil tersebut.
01. Banjir China Tengah, 1931

Terjadi di tahun1931, Banjir Cina Tengah yang dikatakan menjadi bencana alam paling mematikan yang pernah direkam. Pada waktu itu Setelah kemarau panjang, Cina terkena tujuh badai, yang membawa inci demi inci air hujan. Selama Banjir di Cina Tengah, tiga sungai lainnya ikut meluap, dan sampai 4 juta orang meninggal karena banjir. Walaupun terdapat bendungan dibangun kembali untuk menampung air di Yangzte, Kuning, dan sungai Huai ,namun semuanya masih terlalu kecil.


































Meletusnya Gunung Sinabung dan Buruknya Manajemen Kesiapan Bencana Alam di Indonesia
OPINI
Nicholaus Prasetya
| 29 August 2010 | 21:44

2474

7










3 dari 3 Kompasianer menilai Aktual.
Gunung Sinabung yang meletus di Medan setidaknya memberikan banyak pelajaran khusunya bagi pemerintah Indonesia pada bidang manajemen kesiapan warga dalam menghadapi bencana alam dan kesiapan untuk memberikan bantuan yang memadai secara cepat.
Realitas yang terjadi di Gunung Sinabung mengenai minimnya informasi untuk melakukan pengungsian yang tersebar di masyarakat menunjukkan bahwa penyebaran informasi yang terjadi di daerah tersebut masih buruk. Bukan hanya di daerah itu saja, namun bisa dikatakan hampir di keseluruhan daerah yang seringkali mengalami bencana. Ketersidaan sarana dan prasarana untuk melakukan hal tersebut nampaknya masih sangat minim.
Selain itu, realitas di Gunung Sinabung juga menunjukkan bahwa harga-harga kebutuhan pokok begitu menjulang di daerah pengungsian. Selain itu, ketersediaan sembako pun ditengarai hanya mampu untuk dua hari ke depan seperti yang dilansir oleh situs kompas.com. Hal ini setidaknya menunjukkan bahwa ketersediaan logistik untuk menangani pengungsian yang diakibatkan oleh bencana alam belum sepenuhnya siap.
Daerah pengungsian pun juga menjadi faktor masalah. Dengan banyaknya pengungsi dan tempat yang tidak cukup besar, maka timbullah insiden desak-desakkan di tempat pengungsian seperti yang dilansir oleh situs kompas.com dan juga kejadian demonstrasi yang meminta dapur umum untuk segera dibangun di tempat pengungsian. Keadaan tempat pengungsian nampaknya tidak cukup untuk membuat pengungsi merasa nyaman.
Setidaknya hal-hal di atas menunjukkan bahwa kesiapan pemerintah Indonesia dan juga pemerintah daerah dalam menanggulangi bencana alam masih sangat kurang.
Masalah nyawa
Entah apapun alasan yang diberikan oleh pemerintah dalam masalah ini, nampaknya tidak cukup mampu untuk diterima mengingat hal ini sangat berhubugan dengan nyawa manusia, nyawa penduduk Indonesia yang seharusnya diayomi dengan baik oleh pemerintah Indonesia.
Jika saja informasi mengenai pengugngsian tidak tersebar dengan baik dan kemudian ada warga yang masih tertinggal, apakah pemerintah mau bertanggung jawab? Akankah kesalahan ditumpahkan kepada orang tersebut karena tidak bisa melihat tanda-tanda alam?
Di daerah manapun, apalagi untuk daerah-daerah yang masih berupa desa dimana jarak antarrumah penduduk masih berjauhan, diperlukan adanya alat dengan suara keras yang dapat digunakan untuk mengingatkan penduduk di daerah tersebut untuk segera melakukan pengungsian. Tidak bisa jika yang diharapkan hanya secara oral berharap setiap mulut manusia disana segera menyampaikannya dengan cepat.
Selanjutnya, dengan kondisi mengungsi yang bisa dipastikan tidak membawa perbekalan apapun, sudah seyogyanya pula pemerintah Indonesia untuk mengakomodasi mereka dengan keadaan tempat pengungsian yang baik dan juga dengan pemenuhan kebutuhan hidup mereka untuk beberapa hari ke depan. Apakah pemerintah mau meihat mereka hanya makan seadanya atau lebih parah lagi melihat mereka semua kelaparan dalam tenda-tenda pengungsian? Ini menyangkut bagaimana seharusnya pemerintah Indonesia bersikap, yakni dengan melihat setiap nyawa dari penduduk Indonesia yang sedang terkena musibah itu sebagai sesuatu yang sangat berharga yang harus dijaga, bukannya diabaikan begitu saja.
Oleh karena itu logstik dan kesiapan tempat pengungsian harus bisa mendapat prioritas ketika gelombang pengungsi sudah datang ke tempat pengungsian tersebut. Jika para ahli sudah memprediksi akan datangnya bencana dan kemudian pemerintah daerah sudah memerintahkan untuk melakukan pengungsian, maka sudah seyogyanya kesiapan tempat pengungsian itu dijaga. Logistik pun harus segera disiapkan agar jangan sampai juga terjadi kekurangan pangan.
Dalam proses menuju tempat pengungsian pun, warga tidak bisa dibiarkan berjalan sendirian tanpa arah. Kemungkinan mereka untuk mendapatkan musibah sampingan disamping musibah akibat bencana alam sangat besar karena pada saat yang sama warga lainnya juga melakukan hal yang sama untuk menyelematkan diri. Hal ini juga ditambah dengan rasa kepanikan yang dialami oleh warga.
Oleh karena itu, perlindungan harus diberikan kepada warga dalam melakukan pengungsian sehingga tidak ada kejadian yang mengakibatkan warga malah mendapatkan musibah ketika mengungsi. Sangat disayangkan jika memang harus terjadi kecelakaan dalam proses pengungsian karena hal ini menunjukkan bahwa tidak ada yang mengatur warga dan menjamin keamanan mereka dalam melakukan pengungsian.
Pemetaan dan sosialisasi
Selain hal-hal di atas, yang sekiranya perlu dilakukan oleh pemerintah Indonesia ke depannya adalah melakukan pemetaan terhadap lokasi yang berpotensi terkena bencana alam.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia dilewati oleh jalur gunung berapi dan pertemuan lempengan-lempengan yang membuat Indonesia sangat rentan terkena bencana alam. Oleh karena itu, pemetaan menjadi hal yang sangat penting. Hal ini sangat berguna untuk menyiapkan daerah tersebut dengan beberapa persiapan awal serta menyiapkan loasi-lokasi strategis yang sekiranya dapat digunakan ketika bencana alam itu terjadi dan juga mempersiapkan beberapa logistik yang sekiranya diperlukan disana. Hal ini berarti sebagai upaya awal untuk mendukung manajemen bencana alam.
Selain itu, yang diperlukan adalah melalui upaya sosialisasi dan simulasi terhadap warga yang berada di daerah tersebut. Warga harus sudah dibiasakan untuk menghadapi bencana alam tersebut sehingga ketika terjadi bencana alam yang sesungguhnya warga disana sudah tidak lagi terlalu panik dan proses pengungsian dapat berjalan dengan tenang dan lancar.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah kesiapan sarana dan prasarana dalam manajemen bencana alam tersebut. Diperlukan adanya alat yang dapat memberikan peringatan secara menyeluruh kepada warga sekitar dan juga perawatan aat tersebut harus dilakukan dengan baik. Jangan sampai pada hari kejadian bencana alam yang sesungguhnya alat tersebut rusak dan akhirnya tidak dapat dipakai.
Manajemen bencana alam ini adalah hal yang sangat mendesak bagi Indonesia mengingat Indonesia seringkali mengalami bencana alam. Tanpa adanya upaya yang maksimal dari pemerintah Indonesia untuk melakukan hal ini, berarti mereka sama saja tidak menghargai nyawa penduduk Indonesia sendiri.




















































Letusan Gunung Api
Minggu, 7 November 2010 09:16 WIB | Iptek | Sains |
Letusan Gunung Berapi Mengubah Pola Curah Hujan

Gunung Merapi. (ANTARA News/Anis Efizudin)
Jakarta (ANTARA News) – Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa ledakan besar gunung berapi bisa berdampak pada cuaca, lewat semburan partikel-partikel vulkanik yang menghalangi energi matahari dan mendinginkan udara.
Ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa musim dingin vulkanik akibat ledakan besar gunung berapi telah ikut memusnahkan dinosaurus dan manusia purba Neanderthal.
Pada musim panas pasca erupsi Gunung Tambora di Indonesia pada 1815, es telah merusakkan tanaman sampai sejauh New England, Amerika Serika, sementara ledakan Gunung Pinatubo di Filipina pada 1991 telah menurunkan rata-rata temperatur global 0,7 derajat Fahrenheit sehingga cukup menahan dampak gas efek rumah kaca hasil ulah manusia selama setahun atau lebih.
Kini para ilmuwan berhasil memperlihatkan bahwa letusan gunung berapi juga berdampak pada curah hujan pada musim kemarau Asia, di mana badai musiman mengairi tanaman untuk makan hampir setengah penduduk Bumi.
Para peneliti lingkar pohon pada Observatorium Bumi Lamont-Doherty di Universitas Colombia memperlihatkan bahwa erupsi besar cenderung mengeringkan wilayah tengah Asia, namun menciptakan lebih banyak hujan di negara-negara Asia sebelah selatan, termasuk Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand dan Myanmar.
Penemuan baru ini bertentangan dengan prediksi kebanyakan model iklim.
Hasil penelitian mereka muncul dalam versi online jurnal Geophysical Research Letters.
Pertumbuhan lingkar sejumlah spesies pohon bisa dikaitkan dengan intensitas curah hujan.
Laboratorium Lingkar Pohon observatorium itu menggunakan lingkar pohon dari sekitar 300 tempat di seantero Asia untuk mengukur dampak 54 erupsi gunung berapi dalam kurun 800 tahun.
Data didapat dari peta lingkar pohon berumur 1000 tahun yang diteliti Observatorium Lamont, yang diketahui mencatat kekeringan panjang yang membinasakan.
Para peneliti juga telah menyelenggarakan pula penelitian terdahulu tentang pendinginan suhu di wilayah tropis.
“Kami mengira daratan bumi dan atmosfer itu dua hal berbeda, tetapi sungguh semua hal dalam sistem itu saling berkaitan. Gunung-gunung berapi menjadi pemain-pemain penting dalam iklim dari waktu ke waktu,” kata Kevin Anchukaitis yang menjadi kepala penelitian tersebut.
Erupsi-erupsi eksplosif yang dahsyat telah memuntahkan senyawa belerang yang berubah menjadi partikel-partikel sulfat kecil-kecil di atmosfer, lalu menangkis radiasi sinar matahari.
Pendinginan permukaan Bumi yang diakibatkannya bisa berlangsung bulanan atau bahkan tahunan.
Tapi tak semua erupsi akan berakibat seperti ini. Contohnya erupsi terus menerus Gunung Merapi yang telah menewaskan banyak orang. Letusan gunung berapi ini kemungkinan besar tak cukup mampu mengubah iklim dunia.
Dalam soal curah hujan, berdasarkan model yang paling sederhana, suhu yang turun bakal mengurangi penguapan air dari permukaan ke udara, sementara uap air yang sedikit berarti hujan juga bekurang.
Tapi keadaan itu menjadi demikian rumit karena ada faktor pola sirkulasi atmosferik, siklus perubahan suhu di samudera-samudera, dan bentuk massa tanah.
Sampai detik ini kebanyakan model iklim yang mempersatukan kekuatan-kekuatan seperti perubahan di matahari dan atmosfer, telah memprediksi bahwa ledakan vulkanik akan mengacaukan musim kemarau mengingat hujan menjadi lebih sedikit di Asia Tenggara. Namun penelitian terbaru justru menunjukkan hal sebaliknya.
Para ilmuwan meneliti erupsi-erupsi gunung berapi termasuk yang terjadi pada 1258 di sebuah tempat di daerah tropis dan dianggap yang terbesar dalam satu milenium (seribu tahun) terakhir, lalu erupsi Gunung Huaynaputina di Peru pada 1600-1601, Tambora pada 1815, Krakatau pada 1883, El Chichun di Meksiko pada 1982, dan Pinatubo di Filipina.
Lingkar-lingkar pohon menunjukkan bahwa petak-petak besar di China selatan, Mongolia dan wilayah-wilayah sekitarnya mengering secara konsisten dalam setahun atau dua tahun mengikuti letusan-letusan itu, sementara daratan Asia Tenggara malah mendapat hujan yang kian kerap.
Para peneliti mengatakan bahwa ada banyak faktor yang mungkin mempengaruhi hal itu, namun mereka mengatakan untuk saat ini akan spekulatif menyatakan secara persis mengapa peristiwa itu terjadi.
“Data terakhir ini terbuka untuk menguji model-model itu. Kini, tak diragukan lagi ada banyak hal yang mesti dilakukan guna memahami bagaimana kekuatan-kekuatan yang berbeda ini berinteraksi,” kata Rosanne D’Arrigo, salah seorang dari tim peneliti tersebut.
Misalnya, pada sejumlah peristiwa yang dirujuk penelitian ini, ada indikasi bahwa siklus kuat El Nino-Osilasi Selatan yang memicu perubahan cuaca di Samudera Pasifik dan Hindia serta diperkirakan amat mempengaruhi musim di Asia, mungkin telah menetralkan erupsi gunung berapi, memuat erupsi yang menetralkan, mengurangi dampak mengeringkan atau melembabkan dari erupsi vulkanik itu.
Tapi itu bisa saja terjadi lewat cara lain, kata Anchukaitis.
Dia melanjutkan, jika dinamika atmosferik dan erupsi vulkanik terjadi bersamaan dalam waktu yang tepat, maka keduanya bisa saling menguatkan, dan menciptakan akibat yang mengagetkan.
“Kemudian Anda menghadapi banjir atau kekeringan, dan keduanya buruk untuk orang-orang yang tinggal di daerah-daerah itu,” katanya.
Penelitian ini menyembulkan pertanyaan, apakah skema “teknik kebumian” untuk menetralkan perubahan iklim karena ulah manusia lewat pelepasan partikel-partikel vulkanisme buatan, akan memberikan konsekuensi-konsekuensi rumit yang tidak diharapkan.
Pada akhirnya, demikian Anchukaitis, penelitian-penelitian seperti ini seharusnya membantu ilmuwan menyempurnakan model bagaimana kekuatan alam dan kekuatan buatan manusia digunakan bersamaan di masa depan untuk mengubah pola cuaca. Inilah yang menggelayuti pikiran manusia sejagat. (*)
Science Daily/Jafar
COPYRIGHT © 2010
Intensitas Merapi
Minggu, 7 November 2010 11:16 WIB | Peristiwa | Umum |
Intensitas Gempa Vulkanik Merapi Meningkat

Yogyakarta (ANTARA News) – Intensitas gempa vulkanik Gunung Merapi pada Minggu pukul 00.00-00.06 WIB kembali meningkat dibanding dua hari sebelumnya.
Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, berdasarkan laporan hasil pemantauan aktivitas Gunung Merapi hingga pukul 06.00 WIB telah terjadi 31 kali gempa vulkanik.
“Intensitas gempa vulkanik tersebut meningkat cukup tinggi dibanding Jumat dan Sabtu. Pada Jumat (5/11) sama sekali tidak ada gempa vulkanik,” kata Surono di Yogyakarta, Minggu.
Selain meningkatnya intensitas gempa vulkanik, Gunung Merapi juga masih terus meluncurkan awan panas dan awan panas beruntun terjadi pada pukul 03.02 WIB yang meluncur ke Kali Gendol dan Kali Woro.
“Rentetan awan panas tersebut diawali dengan terjadinya gempa vulkanik,” katanya.
Sementara itu, suara gemuruh Gunung Merapi juga masih terdengar secara beruntun dari Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Prambanan, Klaten Jawa Tengah, pada pukul 03.00-05.30 WIB.
Kolom asap letusan setinggi enam kilometer (km) berwarna kelabu condong ke arah barat yang terlihat dari Kecamatan Kemalang, Klaten dan kilat terlihat dari Yogyakarta.
PVMGB juga masih mengimbau kepada masyarakat untuk tetap mewaspadai ancaman banjir lahar karena intensitas hujan masih tetap tinggi, apalagi material erupsi juga terus bertambah.
Masyarakat juga tetap diminta untuk tidak beraktivitas di sepanjang alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi Merapi meliputi, Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Trising, dan Kali Apu.
Status Gunung Merapi masih tetap “awas” dan wilayah aman bagi pengungsi serta masyarakat adalah tetap di luar radius 20 kilometer (km).
(T.E013/P003)
COPYRIGHT © 2010
Minggu, 07/11/2010 12:02 WIB
Banjir Lahar Dingin Merapi Mencapai Kali Senowo Magelang, Warga Panik
Parwito – detikNews
Magelang – Lahar dingin akibat erupsi Gunung Merapi sudah mengarah ke Kali Senowo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ratusan warga yang sempat naik ke atas untuk memberi makan ternak mereka akhirnya memilih untuk turun kembali.
“Saya kembali ke rumah sebentar mau mengambil gabah untuk digilingkan, sebagai tambahan makan untuk di pengungsian. Tapi karena kita lihat kali sudah dipenuhi lumpur, akhirnya kita turun kembali,” ujar Nora, warga Sawang, Magelang, Minggu (7/11/2010).
Nora juga mengatakan, lahar dingin yang mengalir di kali tersebut cukup deras. Terlihat batu-batu besar ikut tersapu oleh derasnya air.
“Ada juga batu besar, kandang kerbau, serta batang dan ranting pohon yang ikut tersapu, sampai jembatan yang ada di atas sungai juga terkena percikan lahar,” katanya.
Kali Senowo ini sendiri berada di radius 7 Km dari puncak Merapi. Meskipun sebelumnya letusan pada Jumat (5/11) lalu kembali terjadi, lahar dingin belum mencapai kali ini.
“Baru hari ini ada aliran lahar itu,” tambah Nora.
Petugas Satkorlak juga mengatakan, saat ini hujan deras tengah mengguyur puncak Merapi. Sehingga kemungkinan besar lahar dingin yang akan mengalir bertambah deras.
“Di atas lagi hujan deras, kemungkinan lahar dingin yang mengalir akan bertambah deras,” katanya.
Aliran lahar tersebut membuat warga yang sempat kembali ke rumahnya panik. Mereka terlihat berlari-lari meninggalkan kawasan Kali Senowo yang saat ini dalam keadaan gerimis.
Beberapa petugas Brimob yang berjaga disekitar desa tersebut sudah berusaha menghalau warga yang tetap bersikeras ingin melihat rumahnya. Namun dengan alasan hanya sebentar warga nekat berangkat.
Banjir lahar dingin merupakan ancaman paling berbahaya selain awan panas Merapi. Banjir lahar memiliki daya dobrak luar biasa yang mampu merusak infrastruktur seperti perumahan, jalan, dsb.
(lia/nrl)
Baca Juga :
Abu Merapi Terlihat di Gunung Putri Bogor
Merapi Meletus
Qantas Memutuskan Terbang ke Jakarta
Merapi Luncurkan Awan Panas, Tim SAR Berlarian Selamatkan Diri
Mbah Rono Imbau Tak Sebar Isu Puncak Letusan Merapi Terjadi Nanti Malam
Minggu, 07/11/2010 10:37 WIB
Tremor dan Awan Panas Merapi Terjadi Beruntun
Nurul Hidayati – detikNews


Lava Pijar Merapi Kembali Keluar
Yogyakarta – Aktivitas Merapi meningkat kembali sekitar pukul 03.02 WIB. Tremor dan awan panas yang sulit dihitung terjadi beruntun.
Demikian laporan berkala Badan Geologi di Yogyakarta hingga pemantauan pukul 06.00 WIB, Minggu (7/11/2010). Selain tremor dan awan panas, guguran juga terpantau terjadi beruntun.
Sedangkan laporan secara visual menunjukkan, “pada pukul 03:00-05:30 WIB, suara gemuruh terdengar beruntun dari Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Prambanan. Kolom asap letusan setinggi 6 km berwarna kelabu, condong ke barat
terlihat dari Kecamatan Kemalang dan kilat terlihat dari Yogyakarta.”
Dilaporkan juga sejak pukul 03:02 terjadi awan panas beruntun mengalir ke arah Kali Gendol dan Kali Woro. “Gempa vulkanik mengawali terjadinya awanpanas, jumlahnya meningkat dari hari sebelumnya,” tulisnya.
Banjir lahar juga mengancam. “Semakin bertambahnya material erupsi di sepanjang alur sungai yang berhulu dari puncak Gunung Merapi dan tingginya intensitas hujan di sekitar Gunung Merapi, maka berpotensi terjadi banjir lahar,” demikian laporan Badan Geologi. (nrl/lrn)
Minggu, 7 November 2010 | 12:13 WIB
Nasional
Jawa Timur
Merapi Bergemuruh Lagi
Gemuruh Merapi Bikin Panik Warga
Menhub: Abu Vulkanik Rusak Mesin Pesawat
Hindari Debu, Borobudur Akan Diberi Selimut
Awan Panas 60 Km
Minggu, 7 November 2010 21:27 WIB | Peristiwa | Umum |
BPPTK : Awan Panas 60 Km Hanya Isu
Yogyakarta (ANTARA News) – Bali Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menegaskan bahwa kabar mengenai akan terjadinya semburan awan panas dengan jangkaun 60 kilometer dari puncak Gunung Merapi, hanyalah isu. 
“Masyarakat diminta tetap tenang, jangan panik, karena dalam sejarah Merapi belum pernah terjadi luncuran awan panas sejauh itu,” kata Kepala BPPTK Yogyakarta Subandrio, Minggu, menanggapi isu yang beredar mengenai akan munculnya awan panas Merapi berjangkauan 60 km.
Ia meminta masyarakat diminta tetap tenang, dan mengikuti imbauan institusi yang berwenang seperti Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, maupun Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK).
“Masyarakat tidak perlu terpengaruh adanya isu tersebut, dan luncuran awan panas tidak mungkin melampaui jarak hingga ke zona aman yang telah ditentukan yaitu 20 kilometer,” katanya.
Subandrio mengatakan awan panas memang masih terjadi, dan antara pukul 11.00 hingga pukul 12.00 WIB pada hari ini terdengar suara gemuruh cukup keras dari Gunung Merapi.
“Awan panas pada hari itu jarak luncurnya sejauh 1,5 kilometer hingga lima kilometer, dan dominan ke arah hulu Kali Gendol dan Woro,” katanya.
Menurut dia, dalam beberapa hari terakhir arah luncuran awan panas ke hulu Kali Gendol, Boyong, dan Kali Krasak. “Tetapi pada Minggu, dominan ke Kali Gendol dan Woro,” katanya.
Ia mengatakan Kali Gendol saat ini sudah dipenuhi endapan awan panas, karena awan panas terus-menerus terjadi sejak letusan pada 26 Oktober 2010.
“Kali Gendol sekarang sudah penuh dengan endapan awan panas, dan apabila masih terus bertambah dengan volume yang sama, maka jika terjadi awan panas yang menuju ke sungai itu jarak luncurnya bisa jauh,” katanya.
Meskipun luncuran awan panas bisa jauh, kata Subandrio tidak akan lebih dari 20 kilometer. “Namun, yang harus diwaspadai, awan panas Merapi saat ini terjadi terus menerus, dan setiap saat luncurannya bisa berubah arah,” katanya.
Sehingga, kata dia, jika ada warga masuk ke zona tidak aman, itu sangat berisiko. “Oleh karena itu, agar warga tidak sering menengok ternak sapinya yang masih berada di zona tidak aman, sebaiknya sapi itu dibawa turun atau dievakuasi, atau bagaimana caranya lebih baik dijual,” katanya.
(M008/B015/S026)
COPYRIGHT © 2010
Minggu, 07/11/2010 12:25 WIB
Jembatan Kali Kuning Dipenuhi Lahar Dingin
Hery Winarno – detikNews


Foto: Hery Winarno/detikcom
Sleman – Jembatan Kali Kuning, yang terletak antara Desa Umbulharjo dan Hargobinangun, Sleman, Yogyakarta, dipenuhi oleh material lahar dingin berupa pasir dan abu. Ketebalan lahar yang sudah mengering ini sekitar 5-10 cm.
Pasir dan abu yang menutupi jembatan itu diperkirakan berasal dari lahar dingin yang sempat meluap.
Pantauan detikcom, Minggu (7/11/2010), lahar dingin di jembatan yang berfungsi sebagai DAM ini hanya tinggal beberapa centimeter lagi akan meluap. Ini disebabkan karena dari 5 lobang aliran air, hanya berfungsi satu. Selebihnya, lobang tersumbat oleh material dan sampah pohon-pohon tumbang.
Jembatan Kali Kuning, yang terletak sekitar 13 km dari Merapi ini, adalah satu-satunya akses Desa Hargobinangun dan Umbulharjo dengan desa-desa lain seperti Kepuharjo dan Glagaharjo.
Jembatan masih bisa dilalui. Hanya saja jembatan masih licin karena material vulkanis tersebut. Sebagian kecil penduduk ada yang mencoba naik untuk sekadar membawa pakaian, lalu kembali turun.
(lrn/nrl)
Baca Juga :
Banjir Lahar Dingin Merapi Mencapai Kali Senowo Magelang, Warga Panik
Merapi Meletus
Mahasiswa UGM Asal Malaysia: Ini seperti Kiamat Telah Datang
Abu Merapi Terlihat di Gunung Putri Bogor
Merapi Meletus
Qantas Memutuskan Terbang ke Jakarta
Zona Bahaya Merapi Diperluas Menjadi 20 km
Ini merupakan perluasan kedua radius aman bagi Merapi.
Jum’at, 5 November 2010, 00:48 WIB
Ismoko Widjaya, Sandy Adam Mahaputra
 
Letusan Gunung Merapi tahun 2006 (http://tngunungmerapi.org)
BERITA TERKAIT
Gelombang Pengungsi Merapi Terus Bertambah
44 Tewas, 80 Ribu Mengungsi Akibat Merapi
Kampus UGM Terkena Hujan Pasir
SBY: Bencana Alam, Jangan Percaya Takhayul
Gemuruh Merapi Terdengar Sampai 20 km
VIVAnews - Aktivitas Gunung Merapi terus meningkat. Kini, radius atau zona aman bagi pengungsi dan warga sekitar diperluas tidak lagi pada titik maksimum 15 kilometer.
“Baru diputuskan radius diperpanjang menjadi 20 kilometer,” kata Staf Khusus Presiden Bidang Penanganan Bencana dan Sosial, Andi Arief, dalam keterangan tertulis di akun twitter, Kamis 4 November 2010.
Ini merupakan perluasan kedua radius aman bagi Merapi. Awalnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM menetapkan area aman mencapai batas 10 kilometer. Selanjutnya diperluas lagi menjadi 15 kilometer karena letusan dan luncuran awan panas yang besar dibanding letusan pertama pada 26 Oktober lalu.
Peningkatan aktivitas Merapi terjadi menjelang tengah malam atau dini hari Jumat 5 November 2010. Peningkatan aktivitas Merapi ditandai dengan adanya suara gemuruh menggelegar yang tidak kunjung berhenti.
Suara gemuruh dan peningkatan aktivitas visual Merapi itu dibenarkan Harry Dharmawan warga Sinduhardjo, Ngaglik, Sleman, DIY, yang berada pada kilometer 7,8 Jalan Kaliurang, DIY.
“Suara gemuruh terdengar sejak beberapa menit sebelum tengah malam. Hingga kini suara gemuruh belum berhenti dan masih terdengar,” ujar Harry kepada VIVAnews.com. Menurut Harry, suara gemuruh itu terdengar beruntun setiap sekitar dua menit sekali.
• VIVAnews
Aktivitas Seismik
Minggu, 7 November 2010 16:37 WIB | Iptek | Sains |
Aktifitas Seismik Gunung Merapi Masih Tinggi

Yogyakarta (ANTARA News) – Aktivitas seismik Gunung Merapi hingga Minggu, pukul 12.00 WIB, masih tinggi yang ditandai dengan gempa tremor, guguran, awan panas beruntun, dan 31 kali gempa vulkanik.
Berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Minggu, aktivitas seismik Gunung Merapi hingga saat ini masih tinggi sehingga kalangan masyarakat diminta waspada dengan mematuhi jarak aman dalamradius 20 kilometer.
Laporan pengamatan Gunung Merapi dari Pos Ketep melaporkan pada Minggu, pukul 09.00 WIB, telah terjadi banjir lahar skala kecil di Kali Pabelan Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang diikuti hujan abu dan pasir dalam radius 10 km dari puncak Gunung Merapi.
Masyarakat di Ring Road Barat Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, masih mendengar suara gemuruh dan menggelegar dari puncak gunung yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo mengatakan pihaknya telah memasang dua alat seismometer yang ditempatkan di Ketep dan Museum Gunung Merapi untuk melengkapi alat di Pos Plawangan.
Kedua alat tersebut digunakan untuk menggantikan tiga alat pemantauan yang telah rusak terkena letusan Gunung Merapi. “Kemungkinan besar masih akan ada lokasi baru, tetapi masih dikaji lokasi yang aman sekaligus mampu memancarkan sinyal yang baik ke BPPTK,” katanya.
Energi yang tersimpan di Gunung Merapi masih cukup besar sehingga Badan Geologi masih belum dapat memprediksi kapan letusan gunung api aktif tersebut akan berakhir.
“Sejak 3 November 2010 hingga kini Merapi telah empat hari meletus tanpa henti yang berarti bahwa energi yang tersimpan di gunung tersebut masih tetap tinggi,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R Sukhyar,
(U.E013/B015/P003)
COPYRIGHT © 2010
Energi Merapi
Minggu, 7 November 2010 16:21 WIB | Iptek | Sains |
Energi Merapi Masih Besar

Yogyakarta (ANTARA News) – Energi yang tersimpan di Gunung Merapi masih cukup besar sehingga Badan Geologi masih belum dapat memprediksi kapan letusan gunung api aktif tersebut akan berakhir.
“Sejak 3 November 2010 hingga kini Merapi telah empat hari meletus tanpa henti yang berarti bahwa energi yang tersimpan di gunung tersebut masih tetap tinggi,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), R. Sukhyar, di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, energi yang dikeluarkan Gunung Merapi sejak letusan 3 November hingga 7 November 2010 masih terus berlangsung hingga sekarang, bahkan lebih besar dibanding letusan pertama yang terjadi pada 26 Oktober 2010.
Ia mengatakan energi letusan Gunung Merapi pada 3-7 November 2010 tiga kali lebih besar dengan energi letusan pada 26 Oktober 2010.
“Kami tidak dapat memprediksi, kapan energi tersebut habis sehingga Gunung Merapi tidak lagi meletus. Sekarang, kita ikuti dulu saja apa yang dimaui Merapi,” katanya.
Meskipun energi yang dimiliki Gunung Merapi masih cukup tinggi, namun Sukhyar mengatakan bahwa untuk sementara ini radius aman masih ditetapkan pada jarak 20 kilometer dari puncak gunung.
Penetapan radius aman tersebut, lanjut Sukhyar, didasarkan pada data-data sejarah letusan Gunung Merapi, khususnya jarak luncur awan panas.
“Berdasarkan fakta sejarah, jarak luncur awan panas tidak pernah lebih dari 15 km, yaitu berkisar 12-13 km, sehingga radius 20 km tersebut belum akan diubah,” katanya.
Kawah berdiameter 400 meter yang telah terbentuk di puncak Merapi lebih terbuka ke selatan atau mengarah ke Kali Gendol, sehingga diharapkan awan panas yang diluncurkan Merapi akan mengarah ke kali tersebut.
Namun demikian, Sukhyar mengatakan bahwa sebanyak 12 sungai yang berhulu di Gunung Merapi harus tetap diwaspadai, khususnya untuk ancaman awan panas dan lahar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar